APLIKASI METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN PAI
DOSEN
PENGAMPU : Endang Switri, M.Pd.I
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK VIII
Aziz
Fiqri Ali al-Fattah (2015-01-014)
Billy
Muharom (2015-01-016)
Medi
Sutrisno (2015-01-070)
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA
OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN
AKADEMIK 2016-2017
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan kepada kami dalam
mengerjakan tugas metodologi pengajaran PAI.
Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga
terang benderang seperti sekarang ini.
Disini, kami akan membahas tentan aplikasi
metode quantum teaching dalam pembelajaran PAI yang mana akan kita uraikan
kedalam makalah yang InsyaAllah akan kita bahas setelah tugas ini dibuat.
Sekian kata pengantar dari kami, semoga
dengan makalah ini dapat menambah wawasan kita dalam belajar metodologi
pengajaran PAI . amin…
Terimakasih.
Indralaya,
april 2017
Penyusun
Kelompok
VIII
DAFTAR ISI
Telah kita ketahui bersama bahwa rendahnya kualitas
pendidikan merupakan persoalan yang sangat serius yang sedang dihadapi oleh
bangsa ini. Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan
berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan,
tidak hanya pada tataran teori tetapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang
bersifat praktis. Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret),
banyak yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar terkesan
membosankan. Dalam sebuah situs di internet ditulis, fakta yang terjadi
akhir-akhir ini ada banyak keluhan siswa tentang pendidikan. Di antaranya,
murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berpikir,
banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan
pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan
emosi. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah
pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching, dikembangkan
oleh seorang guru dalam pembelajaran.
Quantum Teaching merupakan pengubahan belajar yang meriah, dengan segala
nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi,
dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Selain itu, Quantum Teaching
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Model pembelajaran Quantum
Teaching ini meliputi asas, prinsip-prinsip, dan model-model. Secara jelas
dan terperinci, akan dipaparkan dalam pembahasan berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Quantum Teaching sebagai
suatu metode pembelajaran yang pada awalnya merupakan eksperimen Dr.
Georgi Lazanov dari Bulgaria tentang Suggestology yaitu kekuatan sugesti
yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Bobbi DePorter (murid Dr.
Georgi Lazanov) mencoba mengembangkan kembali eksperimen gurunya menjadi Quantum
Learning yang merupakan hasil adopsi dari beberapa teori, seperti sugesti,
teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual,
auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.
Kemudian Bobbi DePorter
mengembangkan Quantum Learning menjadi Quantum Teaching melalui
lembaga yang ia dirikan, yaitu Learning Forum, sebuah perusahaan
pendidikan internasional yang bermarkas di Amerika Serikat. Secara umum, Quantum
Teaching merupakan metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Quantum
Teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum
Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan
pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan
keterampilan pribadi. Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan
metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas.[1]
Kesuksesan metode di SuperCamp
mendatangkan undangan dari berbagai sekolah untuk melatih guru dengan metode
ini. Guna memenuhi kebutuhan yang lebih luas, metode pelatihan di SuperCamp
ditulis dalam buku berjudul Quantum Teaching, agar dimanfaatkan oleh
para guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, Quantum Teaching
adalah praktik Quantum Learning di kelas-kelas. Dari sekilas historis
yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa lahirnya Quantum
Teaching untuk memenuhi kebutuhan para guru agar pembelajaran tidak
terkesan menoton dan hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan lebih baik serta
pembelajaran dapat berjalan menyenangkan.[2]
Quantum dapat
dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya yang
dahsyat. Dalam konteks belajar, quantum dapat dimaknai sebagai interaksi
yang terjadi dalam proses belajar niscaya mampu mengubah berbagai potensi yang
ada di dalam diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan gairah (dalam
memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan (ditunjukkan) kepada orang lain.
Secara
sederhana, Quantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
mengorkestrasikan berbagai interaksi menjadi cahaya yang melejitkan prestasi
siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat
yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami.[3]
Dapat dipahami
bahwa sebelum membawa siswa masuk ke dalam dunia guru, terlebih dahulu yang
harus dilakukan oleh guru adalah berusaha memasuki dunia yang dialami siswa. Selanjutnya
siswa dapat dibawa ke dunia guru setelah kaitan itu terbentuk. Pada tahap ini
guru dapat memberi pemahaman tentang isi pembelajaran.
Menurut
Bobbi DePorter ada lima prinsip utama dalam penerapan metode Quantum
Teaching yaitu:
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang
dibagikan hingga rancangan pelajaran, dan bahan pelajaran lainnya. Semuanya
menyampaikan pesan tentang belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
merancang/mendesain segala aspek yang ada di kelas berupa Guru maupun sekolah (guru lain, kebun sekolah,
sarana olahraga, kantin sekolah, dan sebagainya) sebagai sumber belajar bagi
siswa.
Semua
aktivitas yang dilakukan oleh guru hendaknya tidak lepas dari tujuan
tertentu. Guru boleh menyampaikan tujuan yang diinginkan kepada siswa atau
tidak menyampaikan tergantung situasi dan kondisi.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
Siswa dianjurkan untuk mencari
sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan
oleh guru di kelas. Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah
mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka
pelajari. Dalam mempelajari sesuatu (konsep, rumus, teori dan sebagainya) harus
dilakukan dengan cara memberi siswa tugas (pengalaman/eksperimen) terlebih
dahulu. Dengan tugas tersebut akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep,
rumus, dan teori tersebut. Dalam hal ini guru harus mampu merancang
pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan penelitian sendiri dan
menyimpulkan. Guru juga harus menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh
pengalaman.
4. Akui setiap usaha
Guru tidak segan-segan mengakui berbagai usaha yang
dilakukan oleh siswa, sekecil apapun usaha itu. Siswa patut mendapatkan
pengakuan atas prestasi dan kepercayaan dirinya dalam setiap proses
pembelajaran. Guru harus mampu memberi penghargaan/pengakuan pada setiap usaha
siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu memberi
pengakuan/penghargaan walaupun usaha siswa salah, dan secara perlahan membetulkan
jawaban siswa yang salah. Jangan mematikan semangat siswa untuk belajar.[4]
5. Jika layak dipelajari
Guru harus memberikan pujian pada
siswa yang terlibat aktif pada pelajaran dan menunjukkan prestasi. Misalnya
dengan memberi tepuk tangan, memberi hadiah Seperti permen dan cokelat, serta
guru dapat berkata-kata seperti bagus!, baik!, dan lain sebagainya. Ungkapan ini dapat memberi umpan balik (feedback)
mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiatif positif dengan belajar. Dalam hal
ini guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik positif yang dapat
mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif pada setiap usaha
siswa, baik secara berkelompok maupun secara individu.
Kelima prinsip dalam penerapan Quantum
Teaching di atas terlihat jelas bahwa kemampuan guru dalam mempersiapkan
pembelajaran, mengajar pada saat proses berlangsung, dan sikap para guru dalam
memperlakukan siswa dalam kelas mesti diperbaiki. Selama ini masih ada yang
tidak melaksanakan proses pembelajaran dengan tidak baik. Selain itu, apresiasi
guru terhadap karya siswa juga sangat penting. Hal ini akan membangun
kepercayaan diri siswa. Pujian juga sangat berarti bagi siswa sehingga siswa
termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi yang gemilang.[5]
Model Quantum Teaching dibagi
atas dua kategori yaitu:
1. Konteks (context)
Konteks adalah latar untuk
pengalaman, yang meliputi lingkungan, suasana, landasan, dan rancangan. Dalam
konteks guru dituntut harus mampu mengubah suasana yang memberdayakan untuk
kegiatan proses belajar mengajar, landasan yang kukuh untuk kegiatan proses
belajar mengajar, lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar, dan
rancangan pembelajaran yang dinamis.
2. Isi (content)
Isi mencakup masalah penyajian dan
fasilitasi guna mempermudah proses belajar. Dalam isi guru dituntut untuk mampu
menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan strategi yang
dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya.
Interaksi dari konteks dan isi dapat
mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat
bagi mereka sendiri dan orang lain. Jika dikaitkan dengan situasi belajar
mengajar di sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik yaitu suasana,
lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas. Empat ciri dari
kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam Quantum Teaching yaitu:
1) Adanya unsur demokrasi
dalam pengajaran.
Unsur
demokrasi dalam pengajaran quantum teaching dapat dilihat dari adanya
kesempatan yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan
partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran,
sehingga memungkinkan munculnya dan terekspresikannya seluruh potensi dan
bakat yang terdapat pada diri si anak.
2) Adanya kepuasan pada diri si
anak.
Kepuasan
pada diri si anak muncul dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan
yang ditunjukkan oleh si anak secara proporsional.
3) Adanya unsur pemantapan dalam
menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan.
Pemantapan dalam menguasai materi
atau suatu keterampilan yang diajarkan dapat dilihat dari adanya pengulangan
terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak.
4) Adanya unsur kemampuan pada seorang
guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep,
teori, model dan sebagainya.[6]
Quantum Teaching menawarkan model-model pembelajaran
yang berprinsip memberdayakan potensi yang dimiliki siswa dan kondisi di
sekitarnya. Model-model tersebut adalah:
1. Model AMBAK
a)
A : Apa yang dipelajari
Misalnya
dalam pelajaran akhak materi akhlak terpuji, guru hanya menetapkan prinsip dari
akhlak-akhlak tersebut, peserta didik yang menentukan berbagai tema pelajaran
sebagai contohnya. Misalnya, mereka dibawa ke sebuah pasar lalu dibiarkan
mengamati segala interaksi yang ada di pasar, baik antara para penjual dan
pembeli maupun para pengunjung yang ada di pasar.
b)
M : Manfaat
Guru
tidak hanya menjelaskan materi yang dipelajari di kelas, melainkan guru juga
harus menjelaskan manfaat yang diperoleh dari materi yang diajarkan. Contohnya.
Materi tentang berwudhu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun
wudhu, tetapi lebih dari itu, guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa
hikmah yang bisa diambil dari berwudhu. Intinya guru harus mendorong siswa bisa
memahami situasi yang sebenarnya (insight), sehingga siswa termotivasi
dan tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
c) BAK : Bagiku
Manfaat
apa yang akan saya dapat di kemudian hari dengan mempelajari ini semua.
Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayamum. Mungkin bagi siswa yang
berada di daerah dengan pasokan air melimpah, mungkin pelajaran tayamum tidak
banyak memberikan arti. Dalam kondisi ini, guru harus menjelaskan kepada siswa
bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayamum pasti akan bermanfaat, terlebih
ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak
diperkenankan terkena air.
Jadi
dapat dikatakan bahwa AMBAK merupakan motivasi yang didapat dari pemilihan
secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Prinsip AMBAK
menunjukkan bahwa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran
yang akan bermanfaat kelak bagi anak saat dewasa nanti. Quantum Teaching juga
lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai
yang bermanfaat bagi siswa kelak.[7]
2. Model TANDUR
Model pembelajaran Quantum
Teaching yang dapat digunakan juga adalah teknik TANDUR, yang merupakan
kepanjangan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Secara jelas akan dipaparkan sebagai berikut:
a) T : Tumbuhkan
Tumbuhkan
mengandung makna bahwa pada awal kegiatan pembelajaranpengajarharusberusahamenumbuhkan/mengembangkan
minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya
kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Beberapa teori
pembelajaran seperti rancangan pembelajaran motivasional Keller juga
menyebutkan bahwa menumbuhkan perhatian/minat siswa merupakan langkah awal
dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Dick & Carey mengungkapkan
sebagaimana dikutip oleh Made Wena bahwa menumbuhkan minat siswa dan memelihara
selama pembelajaran merupakan langkah awal dari strategi pembelajaran.
Seorang guru tidak hanya memposisikan diri sebagai
pentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga sebagai fasilitator,
mediator, dan motivator. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
misalnya guru harus bisa menjelaskan kepada siswa akan petingnya belajar PAI.
Di samping itu, guru juga harus memotivasi siswa bahwa mempelajari agama dapat
menunjang perbaikan pribadi pada masa sekarang dan akan dating.
b) A : Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa menghadirkan suasana
alamiah yang tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. Namun, tidak
bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa berbeda, hal itu tidak
boleh menjadi alasan para guru untuk mendahulukan siswa yang lebih pandai
daripada siswa yang kurang pandai. Semua siswa berhak mendapat perlakuan yang
sama.
c) N : Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi
terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa. Guru sedapat
mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak disampaikan. Hal ini
dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang dierima oleh siswa. Selain itu,
guru diharapkan juga bisa membuat kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap
sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi
sesuatu yang mudah.
d) D : Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk “menunjukkan bahwa
mereka tahu”. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai beragam kemampuan,
akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk menunjukkannya. Dalam hal
ini, guru harus memberikan kesempatan dan kepercayaan pada seluruh siswa agar
berani menunjukkan karya mereka kepada orang lain.
e) U : Ulangi
Guru harus mampu menunjukkan kepada
siswa bagaimana cara mengulang materi secara efektif. Pengulangan materi dalam
suatu pelajaran akan sangat membantu siswa mengingat materi yang disampaikan
guru dengan mudah. Guru juga harus menegaskan kepada siswa bahwa mereka tahu
bahwa mereka memang tahu ini.
f) R : Rayakan
Keberhasilan dan prestasi yang
diraih siswa, sekecil apapun, harus diapresiasi guru. Bagi siswa, perayaan akan
mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan
mereka mengenai motivasi hakiki tanpa insentif. Siswa akan menanti kegiatan
belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai semata.
Hal ini untuk menumbuhkan rasa senang pada diri siswa yang akan melahirkan rasa
kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi. [8]
Jadi dapat disimpulkan bahwa model
TANDUR ini lebih menekankan pada pengembangan minat siswa dalam belajar, siswa
mendapatkan perlakuan sama dari guru, siswa juga mendapatkan informasi
pendahuluan terhadap materi yang akan dipelajari. Penekanan itu juga dalam
memberikan kepercayaan pada seluruh siswa agar berani menunjukkan karya mereka
kepada orang lain, pengulangan materi secara efektif juga sangat diperlukan,
dan pemberian apresiasi kepada siswa agar siswa termotivasi dalam belajar.
Pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ranah afektif dan ranah psikomotorik
bisa dikatakan lebih dominan dibanding ranah kognitifnya. Beranjak dari asumsi
ini pengajaran PAI di sekolah umum semestinya memberikan porsi lebih banyak
kepada penggunaan model dan strategi pembelajaran yang lebih mengarah kepada
pencapaian aspek afektif dan psikomotorik, namun tetap tidak boleh mengabaikan
aspek kognitif. Jika demikian halnya, maka penerapan Quantum Teaching dalam
pembelajaran PAI kiranya dapat diaplikasikan. Adapun langkah-langkah pengajaran
PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching:
a. Menata Nilai
Guru harus memiliki niat yang kuat
bahwa apa yang dilakukannya hanya semata untuk beribadah kepada Allah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara melalui pendidikan dan menyiapkan
generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas. Membekali siswa dengan
nilai-nilai agama yang diharapkan bisa menjadi nilai spiritual mereka dalam
seala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam konteks ini adalah positive
thinking bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan motivasi untuk belajar.
Dengan modal keyakinan ini, guru berusaha sebisa mungkin memaksimalkan potensi
yang dimiliki siswa untuk kepentingan pembelajaran.
b.Menata Kelas
Guru harus mampu menata ruang kelas sedemikian rupa sehingga
siswa merasa tidak bosan berada dalam kelas dalam waktu yang lama. Jika ruang
kelas dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat dan peran besar untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Di antara contoh penataan itu
yaitu mengatur posisi bangku, memberi aksesoris, menempelkan hasil karya siswa
di dinding kelas, menempelkan kata-kata motivasi yang bisa diambil dari
Al-Qur’an, hadits, perkataan sahabat Rasul atau para ulama, dan lain-lain.
Berikut ini beberapa contoh penataan bangku yang disesuaikan dengan kondisi
siswa, kelas, dan materi yang diajarkan dan bisa saja dikembangkan oleh guru
menjadi lebih baik. adapun penataan kelas antara lain yaitu:
1) Bentuk Lingkaran
Penataan model ini sangat ideal
untuk diskusi kelompok besar. Dalam pembelajaran PAI formasi ini bisa dipakai
guru mendemonstrasikan berbagai praktek ibadah kepada siswa, seperti ibadah
sholat.
2) Bentuk U atau setengah lingkaran
Penataan ini adalah formasi serba
guna. Siswa bisa menggunakan meja untuk membaca dan menulis, dapat melihat guru
dan media yang dipakai dengan mudah. Dengan formasi ini siswa dengan mudah
dipasangkan, khususnya bila ada dua tempat duduk per meja.
3) Penataan Berhadapan
Formasi ini cocok untuk lingkungan
aktif khas laboratorium di mana duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal
atau tugas. Formasi ini juga cocok untuk mendorong kemitraan dalam belajar.
Dalam pembelajaran PAI, formasi ini bisa digunakan untuk pengajaran Al-Qur’an,
di mana bagi siswa yang mampu mengajarkan kepada yang tidak mampu secara
intensif.
4) Proses Pembelajaran
Hal-hal berikut ini bisa
diperhatikan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan bervariasi:
(a) Keteladanan
Dalam dunia pendidikan ada sebuah
prinsip yang sangat popular “Metode pembelajaran lebih penting dari pada
materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri”. Dari prinsip
ini tergambar bahwa guru mempunyai peran yang sangat vital dan sentral,
terlebih lagi dalam pengajaran agama dan moral. Dan dalam Al-Qur’an yang
artinya adalah dosa besar menurut Allah, jika engkau mengatakan sesuatu tetapi
engkau tidak melakukannya.[9]
Pepatah di atas semuanya mengacu
pada keteladanan. Siswa sering tidak tertarik dalam pembelajaran karena melihat
ada kontradiksi antara perkataan dan perbuatan guru. Namun ketika guru bisa
memberikan keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam diri siswa kesebangunan
dan kecocokan antara yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Misalnya,
ketika guru mengajarkan tentang kedisiplinan, maka guru harus menunjukkan
kedisiplinannya kepada seluruh siswa.
(b) Metode Pengajaran
Guru harus
mampu menggunakan metode yang beragam dan dapat mengkombinasikannya dengan
baik. Intinya guru sangat diharapkan aktor yang mampu memainkan dan menyentuh
berbagai gaya belajar anak, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton.
Pembelajaran juga bisa terjadi di luar kelas, di ruang terbuka atau pergi ke
tempat tertentu, sehingga para siswa tidak merasa bosan.[10]
(c) Media Pembelajaran
Penggunaan
media diharapkan agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik, pembelajar
lebih aktif dan interaktif, mengurangi proses pembelajaran dengan teknik yang
konvensional saja, dan menumbuhkan sikap positif terhadap bahan dan proses
pembelajaran. Sehingga mutu hasil pembelajaran akan meningkat. Misalnya, materi
tentang ibadah haji, guru PAI dapat menggunakan gambar, foto, atau film yang
berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji sebagai medianya.
(d) Apresiasi
Guru harus memberikan apresiasi
kepada siswa terhadap hasil yang telah mereka kerjakan. Apresiasi bisa berupa
materi seperti hadiah barang maupun non materi seperti kata-kata pujian,
motivasi, perhatian, atau hal-hal positif lainnya.
(e) Menyusun Kesimpulan
Dalam pembelajaran dengan Quantum
Teaching, menutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah. Di mana guru
yang menyimpulkan materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Oleh karena
itu, siswa harus didorong untuk dapat menemukan kesimpulan dari materi yang
disampaikan. Selanjutnya, guru memberikan penguatan atas kesimpulan yang
disampaikan siswa. Seorang guru mata pelajaran PAI dapat mengajak para siswanya
bermuhasabah pada akhir pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan contoh
kasus yang sedang berkembang.
Implementasi
Quantum Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang
tepat sekali yang meliputi 3 langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan
model Quantum Teaching yaitu menata nilai, menata ruang kelas, dan
memperhatikan proses pembelajaran. Di mana guru dapat menyampaikan materi
pembelajaran di kelas secara inovatif dengan mengkombinasikan metode maupun
strategi pembelajaran secara tepat sehingga siswa dapat melalui pembelajaran
dengan menyenangkan dan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Quantum Teaching
merupakan pengubahan seluruh interaksi yang terjadi dalm proses pembelajaran
yang mencakup pembelajaran efektif agar kesuksesan siswa tercapai dengan baik.
Interaksi ini juga meliputi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
siswa agar bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Lahirnya Quantum
Teaching untuk memenuhi kebutuhan para guru agar pembelajaran tidak
terkesan menoton dan hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan lebih baik
serta pembelajaran dapat berjalan menyenangkan/
Mengingat
betapa pentingnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), maka seharusnya
lebih mendapat porsi perhatian yang ekstra dan serius dari semua pihak,
terlebih lagi dari guru PAI yang merupakan aktor pertama dalam keberhasilan
pengajaran PAI di sekolah. Para guru PAI tidak boleh berdiam
diri dan merasa cukup dengan hasil pengajaran yang telah berjalan selama ini,
melainkan mereka harus mengasah kemampuan mereka agar lebih baik dalam
mengajarkan materi-materi Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode
pembelajaran dan strategi pembelajaran modern seperti model pembelajaran Quantum
Teaching.
Didalam
makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisannya, kami dari kelompok VIII meminta maaf
kepada dosen maupun kawan-kawan dan kami meminta agar sekiranya dosen dan
kawan-kawan sekalian dapat memberikan saran dan komentarnya untuk mengkoreksi
makalah ini agar kedepan kami dapat membuat makalah dengan lebih baik.
Terimakasih…
DAFTAR PUSTAKA
A,
David. dkk. 2009. Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Harto,
Kasino dan Abdurrahmansyah. 2011. Metodologi Pembelajaran Berbasis Active
Learning (Arah Baru Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah). Yogyakarta:
Pustaka Felicha.
Sukardi,
Ismail. 2011. Model dan Metode Pembelajaran Modern: Suatu Pengantar. Palembang.
TUNAS GEMILANG PRESS
Wena,
Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi Aksara.
Wenger,
Win. 2011. Teaching & Learning. (Bandung: Penerbit NUANSA)
Kihariyadi.
2005. Metode Quantum Teaching (online): http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/
2005/05/25/metode-quantum-teaching.html. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2011.
Sanjaya,
Aade. 2011. Pembelajaran Quantum Teaching (online): http://aadesanjaya.
blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html. Diakses pada
Tanggal 03 Oktober 2011.
[1] Kasino Harto
dan Abdurrahmansyah, Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning (Arah
Baru Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah), (Yogyakarta: Pustaka Felicha,
2011), hal. 155
[2]
Kihariyadi.
2005. Metode Quantum Teaching (online): http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/
2005/05/25/metode-quantum-teaching.html. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2011
[3] David A. dkk, opcit. hal. 175
[4] Made Wena, Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 161
[7] Ismail Sukardi Model dan Metode Pembelajaran
Modern: Suatu Pengantar, Palembang, Tunas Gemilang Press, 2011, hal. 67
[8] David A. dkk, Methods for Teaching (Metode-Metode
Pengajaran), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal.35
[9] Aade Sanjaya. 2011. Pembelajaran Quantum
Teaching (online): http://aadesanjaya.
blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html. Diakses pada
Tanggal 03 Oktober 2011.
[10] Ismail Sukardi, op.cit., hal. 162.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar