Jumat, 05 Mei 2017

METODE QUANTUM TEACHING

APLIKASI METODE QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN PAI




DOSEN PENGAMPU : Endang Switri, M.Pd.I

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VIII
Aziz Fiqri Ali al-Fattah (2015-01-014)
Billy Muharom (2015-01-016)
Medi Sutrisno  (2015-01-070)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan kepada kami dalam mengerjakan tugas metodologi pengajaran PAI.
Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga terang benderang seperti sekarang ini.
Disini, kami akan membahas tentan aplikasi metode quantum teaching dalam pembelajaran PAI yang mana akan kita uraikan kedalam makalah yang InsyaAllah akan kita bahas setelah tugas ini dibuat.
Sekian kata pengantar dari kami, semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan kita dalam belajar metodologi pengajaran PAI . amin
Terimakasih.



Indralaya, april 2017
Penyusun


Kelompok VIII

DAFTAR ISI










         Telah kita ketahui bersama bahwa rendahnya kualitas pendidikan merupakan persoalan yang sangat serius yang sedang dihadapi oleh bangsa ini. Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tetapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat praktis. Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret), banyak yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar terkesan membosankan. Dalam sebuah situs di internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan siswa tentang pendidikan. Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran.
         Quantum Teaching merupakan pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Selain itu, Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Model pembelajaran Quantum Teaching ini meliputi asas, prinsip-prinsip, dan model-model. Secara jelas dan terperinci, akan dipaparkan dalam pembahasan berikut ini.



BAB II

    PEMBAHASAN

Quantum Teaching sebagai suatu metode pembelajaran yang pada awalnya merupakan eksperimen  Dr. Georgi Lazanov dari Bulgaria tentang Suggestology yaitu kekuatan sugesti yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Bobbi DePorter (murid Dr. Georgi Lazanov) mencoba mengembangkan kembali eksperimen gurunya menjadi Quantum Learning yang merupakan hasil adopsi dari beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.
Kemudian Bobbi DePorter mengembangkan Quantum Learning menjadi Quantum Teaching melalui lembaga yang ia dirikan, yaitu Learning Forum, sebuah perusahaan pendidikan internasional yang bermarkas di Amerika Serikat. Secara umum, Quantum Teaching merupakan metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Quantum Teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas.[1]
Kesuksesan metode di SuperCamp mendatangkan undangan dari berbagai sekolah untuk melatih guru dengan metode ini. Guna memenuhi kebutuhan yang lebih luas, metode pelatihan di SuperCamp ditulis dalam buku berjudul Quantum Teaching, agar dimanfaatkan oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Jadi, Quantum Teaching adalah praktik Quantum Learning di kelas-kelas. Dari sekilas historis yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakan bahwa lahirnya Quantum Teaching untuk memenuhi kebutuhan para guru agar pembelajaran tidak terkesan menoton dan hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan lebih baik serta pembelajaran dapat berjalan menyenangkan.[2]

Quantum dapat dipahami sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi pancaran cahaya yang dahsyat. Dalam konteks belajar, quantum dapat dimaknai sebagai interaksi yang terjadi dalam proses belajar niscaya mampu mengubah berbagai potensi yang ada di dalam diri manusia menjadi pancaran atau ledakan-ledakan gairah (dalam memperoleh hal-hal baru) yang dapat ditularkan (ditunjukkan) kepada orang lain.
Secara sederhana, Quantum dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami.[3]
Dapat dipahami bahwa sebelum membawa siswa masuk ke dalam dunia guru, terlebih dahulu yang harus dilakukan oleh guru adalah berusaha memasuki dunia yang dialami siswa. Selanjutnya siswa dapat dibawa ke dunia guru setelah kaitan itu terbentuk. Pada tahap ini guru dapat memberi pemahaman tentang isi pembelajaran.

  Menurut Bobbi DePorter ada lima prinsip utama dalam penerapan metode Quantum Teaching yaitu:
      Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, dan bahan pelajaran lainnya. Semuanya menyampaikan pesan tentang belajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu merancang/mendesain segala aspek yang ada di kelas berupa Guru  maupun sekolah (guru lain, kebun sekolah, sarana olahraga, kantin sekolah, dan sebagainya) sebagai sumber belajar bagi siswa.
      Semua aktivitas yang dilakukan oleh guru hendaknya tidak lepas dari tujuan  tertentu. Guru boleh menyampaikan tujuan yang diinginkan kepada siswa atau tidak menyampaikan tergantung situasi dan kondisi.
3.    Pengalaman sebelum pemberian nama
      Siswa dianjurkan untuk mencari sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru di kelas. Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dalam mempelajari sesuatu (konsep, rumus, teori dan sebagainya) harus dilakukan dengan cara memberi siswa tugas (pengalaman/eksperimen) terlebih dahulu. Dengan tugas tersebut akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep, rumus, dan teori tersebut. Dalam hal ini guru harus mampu merancang pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan penelitian sendiri dan menyimpulkan. Guru juga harus menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman.
4.    Akui setiap usaha
      Guru tidak segan-segan mengakui berbagai usaha yang dilakukan oleh siswa, sekecil apapun usaha itu. Siswa patut mendapatkan pengakuan atas prestasi dan kepercayaan dirinya dalam setiap proses pembelajaran. Guru harus mampu memberi penghargaan/pengakuan pada setiap usaha siswa. Jika usaha siswa jelas salah, guru harus mampu memberi pengakuan/penghargaan walaupun usaha siswa salah, dan secara perlahan membetulkan jawaban siswa yang salah. Jangan mematikan semangat siswa untuk belajar.[4]
5.    Jika layak dipelajari
       Guru harus memberikan pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran dan menunjukkan prestasi. Misalnya dengan memberi tepuk tangan, memberi hadiah Seperti permen dan cokelat, serta guru dapat berkata-kata seperti bagus!, baik!, dan lain sebagainya.  Ungkapan ini dapat memberi umpan balik (feedback) mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiatif positif dengan belajar. Dalam hal ini guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik positif yang dapat mendorong semangat belajar siswa. Berilah umpan balik positif pada setiap usaha siswa, baik secara berkelompok maupun secara individu.
      Kelima prinsip dalam penerapan Quantum Teaching di atas terlihat jelas bahwa kemampuan guru dalam mempersiapkan pembelajaran, mengajar pada saat proses berlangsung, dan sikap para guru dalam memperlakukan siswa dalam kelas mesti diperbaiki. Selama ini masih ada yang tidak melaksanakan proses pembelajaran dengan tidak baik. Selain itu, apresiasi guru terhadap karya siswa juga sangat penting. Hal ini akan membangun kepercayaan diri siswa. Pujian juga sangat berarti bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi yang gemilang.[5]


Model Quantum Teaching dibagi atas dua kategori yaitu:
1.    Konteks (context)
       Konteks adalah latar untuk pengalaman, yang meliputi lingkungan, suasana, landasan, dan rancangan. Dalam konteks guru dituntut harus mampu mengubah suasana yang memberdayakan untuk kegiatan proses belajar mengajar, landasan yang kukuh untuk kegiatan proses belajar mengajar, lingkungan yang mendukung proses belajar mengajar, dan rancangan pembelajaran yang dinamis.
2.    Isi (content)
       Isi mencakup masalah penyajian dan fasilitasi guna mempermudah proses belajar. Dalam isi guru dituntut untuk mampu menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya.
       Interaksi dari konteks dan isi dapat mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Jika dikaitkan dengan situasi belajar mengajar di sekolah, unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik yaitu suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas. Empat ciri dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam Quantum Teaching yaitu:
1)   Adanya unsur  demokrasi  dalam  pengajaran.
Unsur demokrasi dalam pengajaran quantum teaching dapat dilihat dari adanya kesempatan yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran, sehingga  memungkinkan munculnya dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak.
2)   Adanya  kepuasan pada diri si anak.
Kepuasan pada diri si anak muncul dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak secara proporsional.
3)   Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan.
          Pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan dapat dilihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak.
4)   Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam bentuk konsep, teori, model dan sebagainya.[6]
          Quantum Teaching menawarkan model-model pembelajaran yang berprinsip memberdayakan potensi yang dimiliki siswa dan kondisi di sekitarnya. Model-model tersebut adalah:
1.    Model AMBAK
a)         A : Apa yang dipelajari
Misalnya dalam pelajaran akhak materi akhlak terpuji, guru hanya menetapkan prinsip dari akhlak-akhlak tersebut, peserta didik yang menentukan berbagai tema pelajaran sebagai contohnya. Misalnya, mereka dibawa ke sebuah pasar lalu dibiarkan mengamati segala interaksi yang ada di pasar, baik antara para penjual dan pembeli maupun para pengunjung yang ada di pasar.
b)         M : Manfaat
Guru tidak hanya menjelaskan materi yang dipelajari di kelas, melainkan guru juga harus menjelaskan manfaat yang diperoleh dari materi yang diajarkan. Contohnya. Materi tentang berwudhu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun wudhu, tetapi lebih dari itu, guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari berwudhu. Intinya guru harus mendorong siswa bisa memahami situasi yang sebenarnya (insight), sehingga siswa termotivasi dan tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
c)    BAK : Bagiku
Manfaat apa yang akan saya dapat di kemudian hari dengan mempelajari ini semua. Misalnya, pelajaran bersuci dengan tayamum. Mungkin bagi siswa yang berada di daerah dengan pasokan air melimpah, mungkin pelajaran tayamum tidak banyak memberikan arti. Dalam kondisi ini, guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayamum pasti akan bermanfaat, terlebih ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
Jadi dapat dikatakan bahwa AMBAK merupakan motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Prinsip AMBAK menunjukkan bahwa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang akan bermanfaat kelak bagi anak saat dewasa nanti. Quantum Teaching juga lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bermanfaat bagi siswa kelak.[7]

2.    Model TANDUR
        Model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat digunakan juga adalah teknik TANDUR, yang merupakan kepanjangan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Secara jelas akan dipaparkan sebagai berikut:
a)    T : Tumbuhkan
Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan pembelajaranpengajarharusberusahamenumbuhkan/mengembangkan minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi kehidupannya. Beberapa teori pembelajaran seperti rancangan pembelajaran motivasional Keller juga menyebutkan bahwa menumbuhkan perhatian/minat siswa merupakan langkah awal dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Dick & Carey mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Made Wena bahwa menumbuhkan minat siswa dan memelihara selama pembelajaran merupakan langkah awal dari strategi pembelajaran.
            Seorang guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga sebagai fasilitator, mediator, dan motivator. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), misalnya guru harus bisa menjelaskan kepada siswa akan petingnya belajar PAI. Di samping itu, guru juga harus memotivasi siswa bahwa mempelajari agama dapat menunjang perbaikan pribadi pada masa sekarang dan akan dating.
b)   A : Alami
        Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa menghadirkan suasana alamiah yang tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kemampuan masing-masing siswa berbeda, hal itu tidak boleh menjadi alasan para guru untuk mendahulukan siswa yang lebih pandai daripada siswa yang kurang pandai. Semua siswa berhak mendapat perlakuan yang sama.
c)    N : Namai
       Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa. Guru sedapat mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang dierima oleh siswa. Selain itu, guru diharapkan juga bisa membuat kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah.
d)   D : Demonstrasikan
      Sediakan kesempatan bagi siswa untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Sering kali dijumpai ada siswa yang mempunyai beragam kemampuan, akan tetapi mereka tidak mempunyai keberanian untuk menunjukkannya. Dalam hal ini, guru harus memberikan kesempatan dan kepercayaan pada seluruh siswa agar berani menunjukkan karya mereka kepada orang lain.
e)    U : Ulangi
      Guru harus mampu menunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengulang materi secara efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan sangat membantu siswa mengingat materi yang disampaikan guru dengan mudah. Guru juga harus menegaskan kepada siswa bahwa mereka tahu bahwa mereka memang tahu ini.
f)    R : Rayakan
       Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa, sekecil apapun, harus diapresiasi guru. Bagi siswa, perayaan akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayaan akan mengajarkan mereka mengenai motivasi hakiki tanpa insentif. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai semata. Hal ini untuk menumbuhkan rasa senang pada diri siswa yang akan melahirkan rasa kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi. [8]
       Jadi dapat disimpulkan bahwa model TANDUR ini lebih menekankan pada pengembangan minat siswa dalam belajar, siswa mendapatkan perlakuan sama dari guru, siswa juga mendapatkan informasi pendahuluan terhadap materi yang akan dipelajari. Penekanan itu juga dalam memberikan kepercayaan pada seluruh siswa agar berani menunjukkan karya mereka kepada orang lain, pengulangan materi secara efektif juga sangat diperlukan, dan pemberian apresiasi kepada siswa agar siswa termotivasi dalam belajar.

        Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ranah afektif dan ranah psikomotorik bisa dikatakan lebih dominan dibanding ranah kognitifnya. Beranjak dari asumsi ini pengajaran PAI di sekolah umum semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaan model dan strategi pembelajaran yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotorik, namun tetap tidak boleh mengabaikan aspek kognitif. Jika demikian halnya, maka penerapan Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat diaplikasikan. Adapun langkah-langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching:
a.    Menata Nilai
Guru harus memiliki niat yang kuat bahwa apa yang dilakukannya hanya semata untuk beribadah kepada Allah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara melalui pendidikan dan menyiapkan generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas. Membekali siswa dengan nilai-nilai agama yang diharapkan bisa menjadi nilai spiritual mereka dalam seala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam konteks ini adalah positive thinking bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan motivasi untuk belajar. Dengan modal keyakinan ini, guru berusaha sebisa mungkin memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa untuk kepentingan pembelajaran.
b.Menata Kelas
            Guru harus mampu menata ruang kelas sedemikian rupa sehingga siswa merasa tidak bosan berada dalam kelas dalam waktu yang lama. Jika ruang kelas dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat dan peran besar untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Di antara contoh penataan itu yaitu mengatur posisi bangku, memberi aksesoris, menempelkan hasil karya siswa di dinding kelas, menempelkan kata-kata motivasi yang bisa diambil dari Al-Qur’an, hadits, perkataan sahabat Rasul atau para ulama, dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh penataan bangku yang disesuaikan dengan kondisi siswa, kelas, dan materi yang diajarkan dan bisa saja dikembangkan oleh guru menjadi lebih baik. adapun penataan kelas antara lain yaitu:
1)   Bentuk Lingkaran
        Penataan model ini sangat ideal untuk diskusi kelompok besar. Dalam pembelajaran PAI formasi ini bisa dipakai guru mendemonstrasikan berbagai praktek ibadah kepada siswa, seperti ibadah sholat.
2)   Bentuk U atau setengah lingkaran
        Penataan ini adalah formasi serba guna. Siswa bisa menggunakan meja untuk membaca dan menulis, dapat melihat guru dan media yang dipakai dengan mudah. Dengan formasi ini siswa dengan mudah dipasangkan, khususnya bila ada dua tempat duduk per meja.
3)   Penataan Berhadapan
      Formasi ini cocok untuk lingkungan aktif khas laboratorium di mana duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas. Formasi ini juga cocok untuk mendorong kemitraan dalam belajar. Dalam pembelajaran PAI, formasi ini bisa digunakan untuk pengajaran Al-Qur’an, di mana bagi siswa yang mampu mengajarkan kepada yang tidak mampu secara intensif.
4)   Proses Pembelajaran
      Hal-hal berikut ini bisa diperhatikan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi:
(a)    Keteladanan
                  Dalam dunia pendidikan ada sebuah prinsip yang sangat popular “Metode pembelajaran lebih penting dari pada materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri”. Dari prinsip ini tergambar bahwa guru mempunyai peran yang sangat vital dan sentral, terlebih lagi dalam pengajaran agama dan moral. Dan dalam Al-Qur’an yang artinya adalah dosa besar menurut Allah, jika engkau mengatakan sesuatu tetapi engkau tidak melakukannya.[9]
                  Pepatah di atas semuanya mengacu pada keteladanan. Siswa sering tidak tertarik dalam pembelajaran karena melihat ada kontradiksi antara perkataan dan perbuatan guru. Namun ketika guru bisa memberikan keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam diri siswa kesebangunan dan kecocokan antara yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Misalnya, ketika guru mengajarkan tentang kedisiplinan, maka guru harus menunjukkan kedisiplinannya kepada seluruh siswa.
(b)   Metode Pengajaran
Guru harus mampu menggunakan metode yang beragam dan dapat mengkombinasikannya dengan baik. Intinya guru sangat diharapkan aktor yang mampu memainkan dan menyentuh berbagai gaya belajar anak, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Pembelajaran juga bisa terjadi di luar kelas, di ruang terbuka atau pergi ke tempat tertentu, sehingga para siswa tidak merasa bosan.[10]
(c)    Media Pembelajaran
                  Penggunaan media diharapkan agar proses pembelajaran menjadi lebih menarik, pembelajar lebih aktif dan interaktif, mengurangi proses pembelajaran dengan teknik yang konvensional saja, dan menumbuhkan sikap positif terhadap bahan dan proses pembelajaran. Sehingga mutu hasil pembelajaran akan meningkat. Misalnya, materi tentang ibadah haji, guru PAI dapat menggunakan gambar, foto, atau film yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji sebagai medianya.
(d)   Apresiasi
                  Guru harus memberikan apresiasi kepada siswa terhadap hasil yang telah mereka kerjakan. Apresiasi bisa berupa materi seperti hadiah barang maupun non materi seperti kata-kata pujian, motivasi, perhatian, atau hal-hal positif lainnya.
(e)    Menyusun Kesimpulan
                  Dalam pembelajaran dengan Quantum Teaching, menutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah. Di mana guru yang menyimpulkan materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Oleh karena itu, siswa harus didorong untuk dapat menemukan kesimpulan dari materi yang disampaikan. Selanjutnya, guru memberikan penguatan atas kesimpulan yang disampaikan siswa. Seorang guru mata pelajaran PAI dapat mengajak para siswanya bermuhasabah pada akhir pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan contoh kasus yang sedang berkembang.

Implementasi Quantum Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang tepat sekali yang meliputi 3 langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching yaitu menata nilai, menata ruang kelas, dan memperhatikan proses pembelajaran. Di mana guru dapat menyampaikan materi pembelajaran di kelas secara inovatif dengan mengkombinasikan metode maupun strategi pembelajaran secara tepat sehingga siswa dapat melalui pembelajaran dengan menyenangkan dan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Quantum Teaching merupakan pengubahan seluruh interaksi yang terjadi dalm proses pembelajaran yang mencakup pembelajaran efektif agar kesuksesan siswa tercapai dengan baik. Interaksi ini juga meliputi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa agar bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Lahirnya Quantum Teaching untuk memenuhi kebutuhan para guru agar pembelajaran tidak terkesan menoton dan hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan lebih baik serta pembelajaran dapat berjalan menyenangkan/
Mengingat betapa pentingnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), maka seharusnya lebih mendapat porsi perhatian yang ekstra dan serius dari semua pihak, terlebih lagi dari guru PAI yang merupakan aktor pertama dalam keberhasilan pengajaran PAI di sekolah. Para guru PAI tidak boleh berdiam diri dan merasa cukup dengan hasil pengajaran yang telah berjalan selama ini, melainkan mereka harus mengasah kemampuan mereka agar lebih baik dalam mengajarkan materi-materi Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode pembelajaran dan strategi pembelajaran modern seperti model pembelajaran Quantum Teaching.

Didalam makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisannya, kami dari kelompok VIII meminta maaf kepada dosen maupun kawan-kawan dan kami meminta agar sekiranya dosen dan kawan-kawan sekalian dapat memberikan saran dan komentarnya untuk mengkoreksi makalah ini agar kedepan kami dapat membuat makalah dengan lebih baik. Terimakasih…


DAFTAR PUSTAKA

A, David. dkk. 2009. Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harto, Kasino dan Abdurrahmansyah. 2011. Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning (Arah Baru Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah). Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Sukardi, Ismail. 2011. Model dan Metode Pembelajaran Modern: Suatu Pengantar. Palembang. TUNAS GEMILANG PRESS
Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi Aksara.
Wenger, Win. 2011. Teaching & Learning. (Bandung: Penerbit NUANSA)
Kihariyadi. 2005. Metode Quantum Teaching (online): http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/ 2005/05/25/metode-quantum-teaching.html. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2011.
Sanjaya, Aade. 2011. Pembelajaran Quantum Teaching (online): http://aadesanjaya. blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2011.



[1] Kasino Harto dan Abdurrahmansyah, Metodologi Pembelajaran Berbasis Active Learning (Arah Baru Pembelajaran PAI di Sekolah dan Madrasah), (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2011), hal. 155

[2] Kihariyadi. 2005. Metode Quantum Teaching (online): http://kihariyadi.jogja.bloghi.com/ 2005/05/25/metode-quantum-teaching.html. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2011
[3] David A. dkk,  opcit. hal. 175

[4] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan Konseptual Operasional), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 161
[5] Kasino Harto dan Abdurrahmansyah, op. cit., hal. 158

[6] Wenger Win, Teaching & Learning,  (Bandung: Penerbit Nuansa), 2011. hal.303

[7] Ismail Sukardi Model dan Metode Pembelajaran Modern: Suatu Pengantar, Palembang, Tunas Gemilang Press,  2011, hal. 67

[8] David A. dkk,  Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal.35
[9] Aade Sanjaya. 2011. Pembelajaran Quantum Teaching (online): http://aadesanjaya. blogspot.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2011.
[10] Ismail Sukardi, op.cit., hal. 162.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah ashabul kahfi

Pada suatu zaman di sebuan negeri bernama Efesus hiduplah 7 orang pemuda di tengah masyarakat yang musrik dan raja yang kejam. Sehari-hari...